Rabu, 07 Oktober 2015

Sansha - Kota Kecil Namun Paling Luas di China

Pada bulan Juli 2012, China mengumumkan sebuah kota baru  setingkat prefektur yang disebut Sansha yang pusat pemerintahannya terletak pada apa yang disebut Yongxing Island, di Laut China Selatan, sekitar 350 kilometer tenggara dari pulau Hainan. Pulau Yongxing, yang dikenal pada peta internasional sebagai Woody Island, begitu kecil sehingga landasan pacu pesawat terbang sepanjang 2.700 meter yang dibangun militer Cina dan selesai pada tahun 1990, mencuat hampir setengah panjangnya ke laut.

Pemerintah Sansha ini mengelola beberapa kelompok pulau dan atol, termasuk Kepulauan Spratly, Kepulauan Paracel (Woody Island adalah yang terbesar), Macclesfield Bank yang sepenuhnya berada di bawah air dan laut sekitarnya yang benar-benar luas. Sansha berarti "tiga gumuk pasir" dalam bahasa Mandarin dan mengacu pada tiga kelompok pulau dan atol. Total lahan dari Sansha kurang dari 13 km persegi, tapi daerah perairan yang diklaim oleh kota hampir seluas 2 juta kilometer persegi. Hal ini membuat Sansha menjadi kota terkecil dan sekaligus kota terbesar di China - terkecil dalam luas lahan dan jumlah penduduk, tetapi terbesar dalam luas total wilayah.

Pandangan udara dari Woody Island, atau pulau Yongxing.

Pulau-pulau di Laut China Selatan diperebutkan oleh beberapa negara - Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, Taiwan dan Cina. Kepulauan Paracel diklaim oleh Vietnam, tetapi sekarang sepenuhnya dikendalikan oleh China. Kelompok Spratly juga diklaim secara keseluruhan atau sebagian oleh Vietnam, yang menempati jumlah terbesar dari pulau-pulau, serta oleh Malaysia, Filipina, dan Taiwan. Macclesfield Bank, sebuah atol luas yang sepenuhnya tenggelam namun kaya akan hasil laut di sebelah timur Paracel juga diklaim oleh Vietnam, Filipina, dan Taiwan.

Dengan mendirikan kota Sansha di wilayah yang disengketakan yang kaya akan sumber daya laut di Laut Cina Selatan itu, Cina pada dasarnya menegaskan haknya akan pulau-pulau tersebut dan juga haknya untuk ikan-ikan dan cadangan minyak besar yang diyakini berada di dasar laut. Daerah ini juga sangat signifikan dalam arti geopolitik, menjadi jalur laut yang paling banyak digunakan kedua di dunia. Sepertiga dari pengiriman transit dunia melalui perairan ini.

Sejak pengumuman Sansha, pengembangan Pulau Wood telah berjalan sangat cepat, meskipun Vietnam dan Filipina terus menyuarakan protes mereka. Filipina mengatakan tidak mengenali kota atau yurisdiksi tersebut, dan Vietnam mengatakan tindakan China melanggar hukum internasional. Pemerintah AS juga menyuarakan keprihatinannya dengan menyatakan, "kita prihatin apabila ada gerakan sepihak semacam ini yang tampaknya akan bermasalah."

Fasilitas hidup di Pulau Woody telah dibangun bersama dengan bangunan resmi, bank, perpustakaan, sebuah observatorium, hotel, rumah sakit dan bangunan penting lainnya. Kota ini juga baru-baru ini mulai menarik wisatawan, dan untuk tujuan itu dibangun dua museum. Tempat wisata lainnya termasuk beberapa monumen dan menara yang ditinggalkan oleh Tentara Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II.





Pandangan udara dari Woody Island, atau pulau Yongxing.

Terletak lima mil barat daya dari Yongxing Island, Qilianyu terdiri dari tujuh pulau-pulau kecil, dan merupakan bagian dari Sansha.

Pandangan udara dari Islets dan terumbu karang di kepulauan Yongle di Sansha.

Pandangan udara dari desa di Yagong Islet di kepulauan Yongle di Sansha.

Perahu nelayan dan kapal pelayanan publik bersandar bersama di pelabuhan Woody Island

Bangunan pemerintah Sansha dibangun di Woody Island.

Pandangan Woody Island dari dermaga terdekat.

Sebuah tanda di Woody Island, yang merupakan pusat pemerintahan untuk Sansha.

Pandangan udara dari pelabuhan yang terletak di bagian selatan Pulau Woody.



Baca Juga:






Source: hiddenunseen.blogspot.com

Selasa, 06 Oktober 2015

Sungai Naga Biru di Portugal

Sungai Odeleite (Ribeira de Odeleite) Portugal, adalah anak sungai dari Sungai Guadiana. Sungai yang indah ini berasal dari pegunungan di Serra de Caldeirao, dan mengalir melalui kota Sao Bras de Alportel, Tavira, Alcoutim dan distrik Castro Marim Faro.



Di tahun 2010, Fotografer Steve Richards mengambil gambar dibawah ini saat terbang dari Cardiff, Wales, Inggris ke Faro, Portugal. Steve Richards menjelaskan warna biru cerah air disebabkan oleh pantulan langit dan bayangan pada terrain adalah bayangan awan. Sungai ini dikenal sebagai Rio Dragão Azul  atau "The Blue Dragon River" (Sungai Naga Biru) karena warna biru gelap dan bentuknya yang berkelok-kelok seperti monster Naga.


Sejak memposting foto ini, Steve Richards terkejut dan sangat tersanjung karena telah terbukti bahwa foto-fotonya sangat populer.

"Saya sudah melihatnya di banyak blog dan situs dengan banyak orang-orang berkomentar dan bahwa beberapa orang mengira bahwa foto ini adalah gambar yang diciptakan melalui komputer atau ada juga yang mengira ini adalah sebuah karya seni digital dari beberapa game komputer. Saya bahkan pernah membaca komentar yang mengatakan bahwa ini adalah citra satelit artifisial yang berwarna!"




Ketika foto-foto lain dari sungai yang sama diunggah di media sosial China, segera ribuan orang Cina berbagi di media sosial dengan harapan bahwa itu akan memberikan mereka keberuntungan.

Banyak pengguna media sosial Cina, berspekulasi bahwa sungai itu di Cina sebelum terungkap bahwa badan air tersebut adalah Sungai Odeleite di portugal.


Menurut China Central Television (CCTV), foto tersebut diambil oleh pengguna Reddit docious dari jendela pesawat saat ia terbang dari Amsterdam ke Marrakech, dan kemudian mempostingnya secara online.

"Naga dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam mitologi Cina. Jadi, ketika foto sungai yang berbentuk sedikit seperti makhluk legendaris itu muncul di Internet, netizens Cina menjadi sedikit bersemangat," tulis CCTV online di halaman Tumblr nya.

Saat seorang pengguna media sosial China, Sina Weibo, memposting foto itu di akun-nya, kemudian menarik lebih dari 30.000 reposts dalam waktu kurang dari 10 jam, karena banyak yang percaya foto itu dapat memberi mereka keberuntungan".


Menurut media Inggris Daily Mail, banyak foto-foto sungai telah muncul dan telah dibagi oleh para pengguna web pencari keberuntungan sehingga gambar terbaru ini memviral, termasuk foto yang diunggah oleh pengguna Flickr Steven Richards pada tahun 2010 (foto paling atas). AMJG juga pernah memposting foto itu disini

Formasi yang tidak biasa adalah bagian dari jaringan waduk hilir sungai.



Baca Juga:





Bintang yang Mengubah Pandangan Kita tentang Alam Semesta

Meskipun alam semesta dipenuhi dengan miliaran miliar bintang, penemuan bintang variabel tunggal pada tahun 1923 mengubah arah astronomi modern. Dan, penemuan itu juga telah menghancurkan pandangan alam semesta seorang astronom terkenal saat itu.



Bintang tersebut diberi nama variabel nomor satu Hubble, atau V1, dan berada di daerah luar galaksi tetangga kita, Andromeda, atau M31. Namun pada awal 1900-an, sebagian besar astronom menganggap Bima Sakti adalah satu "pulau semesta" bintang-bintang dengan batas-batas yang tidak teramati. Andromeda saat itu dikatalogkan hanya sebagai salah satu dari banyak petak cahaya samar dan kabur yang para astronom saat itu menyebutnya "nebula spiral."

Apakah nebula spiral ini bagian dari Bima Sakti atau mereka adalah pulau semesta independen yang berada di luar pulau semesta kita? Para astronom tidak tahu pasti, sampai Edwin Hubble menemukan sebuah bintang di Andromeda yang cerah dan memudar dalam pola yang terprediksi, seperti suar mercusuar, dan diidentifikasi sebagai V1, variabel Cepheid, sebuah tipe khusus dari bintang yang sudah terbukti menjadi penanda jarak yang handal dalam galaksi kita.

Bintang ini membantu Hubble untuk menunjukkan bahwa Andromeda berada di luar galaksi kita dan menyelesaikan perdebatan status spiral nebulanya. Alam semesta menjadi tempat yang jauh lebih besar setelah penemuan Hubble, menyingkirkan pendapat dari astronom Harlow Shapley, yang percaya bahwa nebula spiral adalah bagian dari Bima Sakti kita.


Kisah Bintang yang Memperluas Pandangan Alam Semesta Kita
Sebelum penemuan V1, banyak astronom berpikir nebula spiral, seperti Andromeda, adalah bagian dari galaksi Bima Sakti kita. Lainnya tidak begitu yakin. Bahkan, para astronom seperti Shapley dan Heber Curtis mengadakan debat publik pada tahun 1920 mengenai sifat-sifat nebula ini. Selama perdebatan, Shapley mengatakan bahwa ukuran Bima Sakti adalah 300.000 tahun cahaya. Meskipun kini kita tahu ukuran itu terlalu besar, namun Shapley benar dalam menyatakan bahwa Bima Sakti jauh lebih besar dari ukuran yang umum diterima saat itu. Dia juga berpendapat bahwa nebula spiral jauh lebih kecil daripada raksasa Bima Sakti dan karena itu harus menjadi bagian dari galaksi Bima Sakti. Tapi Curtis tidak setuju. Dia berpikir Bima Sakti lebih kecil dari yang dikatakan Shapley, menyisakan ruang untuk pulau semesta lain di luar pulau semesta kita.

Untuk menyelesaikan perdebatan, astronom harus membangun pengukuran jarak yang dapat diandalkan untuk mengetahui jarak nebula spiral. Jadi mereka mencari bintang-bintang di nebula tersebut yang kecerahan intrinsiknya telah  mereka ketahui. Mengetahui kecerahan sebenarnya dari sebuah bintang membuat astronom dapat menghitung seberapa jauh bintang itu dari Bumi. Namun beberapa bintang yang mereka pilih tidak dapat dijadkan penanda yang dapat diandalkan.

Misalnya, Andromeda, yang terbesar dari spiral nebula, menyajikan petunjuk ambigu untuk jarak. Para astronom telah mengamati berbagai jenis ledakan bintang di nebula itu. Tetapi saat itu mereka belum sepenuhnya memahami proses yang mendasari kehidupan bintang, sehingga mereka mengalami kesulitan menggunakan bintang-bintang tersebut untuk menghitung seberapa jauh mereka dari Bumi. Oleh karena itu, saat itu perkiraan jarak ke Andromeda, bervariasi dari dekat sampai jauh. Mana jarak yang benar?

Edwin Hubble bertekad untuk mencari tahu.

Astronom Edwin Hubble menghabiskan beberapa bulan waktunya di 1923 untuk memindai Andromeda dengan teleskop Hooker 100-inch nya, teleskop paling kuat di masa itu, di Mount Wilson Observatory di California. Bahkan dengan teleskop bermata tajam, Andromeda adalah target yang sulit, panjang sekitar 5 kaki di bidang fokus teleskop. Karena itu ia mengambil banyak eksposur meliputi puluhan fotografi piring kaca untuk menangkap seluruh nebula.

Ia berkonsentrasi pada tiga wilayah. Salah satunya adalah yang berada jauh di dalam lengan spiral. Pada malam 5 Oktober 1923, Hubble mulai mengamati dan berlangsung sampai 6 Oktober dini hari. Dalam kondisi pandang yang buruk, astronom itu membuat 45 menit paparan yang menghasilkan tiga tersangka nova, kelas bintang yang meledak . Dia menulis huruf "N", untuk nova, di samping masing-masing objek.

Kemudian, Hubble membuat penemuan yang mengejutkan ketika dia membandingkan hasil pengamatan 05-06 Oktober nya dengan eksposur novae tersebut sebelumnya. Salah satu yang disebut nova, redup dan cerah selama periode waktu yang jauh lebih pendek daripada yang terlihat dalam nova umumnya.

Ilustrasi ini menunjukkan ritme naik turun dari cahaya bintang variabel Cepheid V1 selama tujuh bulan. Grafik digambarkan menunjukkan bahwa V1 melengkapi siklus denyutan terang dan memudar setiap 31,4 hari.

Hubble memperoleh pengamatan yang cukup dari V1 untuk memplot kurva cahayanya, menentukan periodenya yang 31,4 hari, menunjukkan benda itu adalah variabel Cepheid. Periode menghasilkan kecerahan intrinsik bintang, yang Hubble kemudian gunakan untuk menghitung jarak. Bintang itu ternyata 1 juta tahun cahaya dari Bumi, lebih dari tiga kali diameter Bimasakti yang dihitung Shapley.

Hubble mengambil pena dan mencoret  huruf "N" dan menuliskan di sebelah variabel Cepheid yang baru ia temukan dengan tulisan "VAR," untuk variabel, diikuti oleh tanda seru.

Foto asli Edwin Hubble dari Andromeda, menampilkan tiga bintang yang ditandai 'N'. Satu bintang di bagian atas kemudian diketahui sebagai bintang variabel (leh karenanya ditulis 'VAR'). Ini adalah bintang V1 Hubble.

Selama beberapa bulan astronom terus menatap Andromeda, menemukan variabel Cepheid lain dan beberapa nova lain. Kemudian Hubble mengirim surat bersama dengan kurva cahaya dari V1 ke Shapley yang menceritakan penemuannya. Setelah membaca surat itu, Shapley tergetar karena bukti itu asli. Dia dilaporkan mengatakan kepada seorang rekan:

"Ini adalah surat yang menghancurkan alam semesta saya."

Pada akhir tahun 1924 Hubble telah menemukan 36 bintang variabel di Andromeda, 12 di antaranya adalah Cepheid. Menggunakan semua Cepheid, ia memperoleh jarak 1900.000 tahun cahaya. Pengukuran modern sekarang menempatkan Andromeda di 2 juta tahun cahaya.

Shapley dan astronom Henry Norris Russell mendesak Hubble agar menulis makalah untuk pertemuan bersama dari American Astronomical Society dan American Association untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan pada akhir Desember 1924. Paper Hubble, yang berjudul "Extragalactic Nature of Spiral Nebulae," disampaikan in absentia dan memperoleh penghargaan untuk paper terbaik. Sebuah artikel singkat tentang penghargaan itu muncul di The New York Times edisi 10 Februari 1925.

Hubble menyertakan grafik kurva dari luminositas bintang variabel Cepheid pertama ini di suratnya yang bertanggal 19 Februari 1924 kepada Harlow Shapley.

Pengamatan Edwin Hubble dari V1 menjadi langkah penting pertama dalam mengungkap alam semesta yang lebih besar. Penemuan ini membuka mata kita bahwa ternyata alam semesta jauh lebih besar dan megah daripada yang kita pikirkan saat itu. Edwin Hubble melanjutkan pengamatannya untuk menemukan lebih banyak galaksi di luar Bima Sakti. Galaksi-galaksi, pada gilirannya, memungkinkan dia untuk menentukan bahwa alam semesta mengembang.

Kini, hampir 90 tahun kemudian, V1 kembali menjadi sorotan lagi. Para astronom mengarahkan teleskop senama dengan Edwin Hubble, Hubble Space Telescope, ke bintang itu sekali lagi, dalam rangka penghormatan simbolik untuk pengamatan yang dilakukan astronom legendaris itu.

Para astronom dengan Hubble Heritage Project Space Telescope Science Institute bermitra dengan American Association of Variable Star Observers (AAVSO) untuk mempelajari bintang tersebut. Pengamat AAVSO telah mengikuti V1 selama enam bulan, menghasilkan plot, atau kurva cahaya, ritme naik turun dari cahaya bintang. Berdasarkan kurva cahaya ini, tim Hubble Heritage menjadwalkan waktu teleskop untuk menangkap gambar bintang.


"V1 adalah bintang yang paling penting dalam sejarah kosmologi," kata astronom Dave Soderblom dari Space Telescope Science Institute (STScI) di Baltimore, Md., Yang mengusulkan pengamatan V1.

"Ini adalah penemuan penting yang membuktikan alam semesta lebih besar dan penuh dengan galaksi. Saya pikir akan menyenangkan melihat teleskop Hubble mengamati bintang khusus ini yang ditemukan oleh Edwin Hubble."

Apakah Edwin Hubble pernah membayangkan bahwa hampir 100 tahun kemudian, kemajuan teknologi memungkinkan para astronom amatir untuk melakukan pengamatan serupa dari V1 dengan teleskop kecil di halaman belakang mereka? Atau, Apakah Hubble pernah bermimpi bahwa teleskop ruang ruang angkasa yang menyandang namanya akan melanjutkan pencarian untuk bisa secara tepat mengukur tingkat pengembangan alam semesta?




Baca Juga:







Sumber: NASA

Stari Most - Jembatan Tua Ottoman di Bosnia

Stari Most (Jembatan Tua) atau juga sering disebut Jembatan Mostar adalah jembatan Ottoman abad ke-16 di kota Mostar di Bosnia and Herzegovina yang melintasi sungai Neretva dan menghubungkan dua bagian kota itu.



Elegan dalam kesederhanaannya, jembatan terdiri dari satu lengkungan (yang dibuat dari batu-batu kapur lokal yang dikenal sebagai tenelija) selebar 30 meter dan tinggi 24 meter. Dua menara melindungi pintu masuk ke jembatan. Struktur-struktur batu besar itu berdiri kontras dengan siluet ramping jembatan, dan ini justru menekankan keindahannya.

Kota sekitarnya, Mostar, bahkan berutang nama dari jembatan, "most" berarti jembatan dalam bahasa Serbo-Kroasia.



Jembatan elegan yang membentang diatas Sungai Neretva itu dirancang oleh arsitek Ottoman (Turki) Mimar Hayruddin, murid dari arsitek terkenal Mimar Sinan. Jembatan ini selesai pada tahun 1566 setelah sembilan tahun pembangunan dan kota sekitarnya menjadi pusat perdagangan yang berkembang. Jembatan sepanjang 29 meter ini adalah contoh klasik dari rentang tunggal, jembatan lengkung batu dan merupakan contoh teknologi canggih di masanya. Jembatan ini menjadi situs Warisan Dunia pada abad kedua puluh ..


Sultan Kekaisaran Ottoman pernah bersumpah akan mengeksekusi Mimar Hayruddin jika jembatan runtuh setelah dukungan kayu nya dihapus. Dikatakan bahwa Hayruddin mulai menggali kuburnya sendiri pada hari ia menghapus dukungan kayu pada jembatan tersebut. Namun, jembatan ini berdiri selama 429 tahun, (dan bisa lebih lama lagi jika tidak dihancurkan oleh peluru-peluru tank kroasia), sebuah bukti desain dan konstruksi yang sangat baik.


Salah satu hal unik yang dilakukan orang-orang di jembatan ini adalah lompat indah dari jembatan ke sungai dibawahnya. Hal ini telah dilakukan penduduk sejak lama hingga diadakan lomba lompat indah di jembatan ini tiap tahunnya.


Perang Bosnia di awal 1990-an, selain banyak memakan korban manusia, juga arsitektur. Salah satu nya adalah Jembatan Tua dari Mostar. Padahal jembatan ini telah lama menjadi salah satu landmark yang paling ikonik dari Bosnia dan federasi Yugoslavia. Jembatan dihancurkan oleh tank-tank angkatan bersenjata Kroasia pada 9 November 1993. Tidak jelas mengapa tentara Kroasia menghancurkan jembatan bersejarah tersebut, kecuali sebagai tindakan balas dendam, karena jembatan tidak memiliki signifikansi militer.




Setelah perang selesai, UNESCO, Bank Dunia dan Kota Mostar meluncurkan sebuah proyek untuk merekonstruksi Stari Most. Sebanyak mungkin batu kapur putih dari reruntuhan jembatan tua diselamatkan dari dasar sungai. Batu-batu baru juga digali dari tambang terdekat dengan tujuan untuk menyelesaikan rekonstruksi pada tahun 2004. Pembangunan kembali jembatan akan melambangkan penyatuan kembali Mostar dan akan menjadi bagian dari proses penyembuhan untuk kota yang terdiri dari beberapa etnis ini.







Baca Juga:




Senin, 05 Oktober 2015

Jabuka - Pulau Magnetik yang Mengacaukan Kompas Kapal

Pulau Jabuka, yang berarti apel dalam bahasa Kroasia, adalah sebuah pulau vulkanik tak berpenghuni setinggi 97 meter yang terletak di Laut Adriatik, sekitar 52 km sebelah barat dari pulau Vis. Jabuka, bersama dengan Brusnik, adalah dua pulau Kroasia yang benar-benar seluruhnya asal vulkanik. Bersama dengan Palagruza, yang hanya sebagian dari asal vulkanik, tiga pulau membentuk sebuah daerah yang disebut "Segitiga vulkanik Adriatik". Brusnik, Jabuka, serta beberapa bagian Teluk Komiska di pulau Vis dan beberapa bagian Palagruza berasal dari letusan magma karena putus dari Pangea, benua prasejarah lebih dari 200 juta tahun yang lalu.



Jabuka memiliki sifat magnetik karena adanya magnetit, oksida besi alami, di batu-batu yang menyebabkan jarum magnetik kompas dari kapal-kapal yang lewat menjadi kacau. Beberapa mengatakan bahwa kapal-kapal sengaja menghindari lewat dekat dengan pulau Jabuka karena menghindari anomali magnetik pulau, namun sebenarnya adalah, pulau terletak jauh dari semua jalur pelayaran. Kapal-kapal jarang terlihat di sekitarnya, kecuali mereka yang memang hendak menuju pulau tersebut.


Tapi pergi ke pulau Jabuka bisa jadi sulit. Berdiri sendirian di perairan dalam, Jabuka terekspos untuk semua angin, dan karena bahkan angin lemah pun dapat menyebabkan gelombang besar di laut terbuka, maka dibutuhkan ahli manuver dan keberuntungan untuk menghindari menabrak batu vulkanik ini. Garis pantai pulau juga tidak cocok untuk berlabuh, dan tidak ada teluk yang bisa menjaga kapal Anda aman dari angin. Tebing curam membuat tidak mungkin untuk membangun shelter dan perairan sekitarnya yang dalamnya 200 meter juga tidak cocok untuk membuang sauh. Selain itu, batu-batu yang halus alami tanpa tonjolan yang bisa dijadikan untuk mengikat perahu.

Laut sekitar Jabuka, bagaimanapun, adalah lokasi yang sangat baik untuk menangkap ikan sehingga menarik banyak nelayan pemberani. Sejumlah kecil spesies tanaman dan hewan juga telah beradaptasi dengan iklim keras, termasuk dua spesies endemik - tanaman yang disebut knapweed (Centaurea jabukensis, Centaurea crithmifolia) dan spesies hewan kadal hitam (Lacerta Fiumana pomoensis). Sekitar 50 tahun yang lalu, pulau adalah rumah bagi jenis endemik lain anyelir, tetapi sekarang punah.

Pada tahun 1958 pulau itu dinyatakan sebagai monumen geologi alam.








Baca Juga:








Source: hiddenunseen.blogspot.com


Gold Museum dan Legenda Harta Inca yang Hilang

Gold Museum di Bogota adalah salah satu museum yang paling penting Columbia, karena menampilkan koleksi kerajinan emas yang luar biasa dari masa Pra Hispanik. Museum ini memiliki lebih dari 34.000 keping emas, milik budaya asli yang hidup lebih dari 500 tahun yang lalu, selama Kekaisaran Inca dan jauh sebelum itu. Emas-emas yang dipamerkan merupakan koleksi terbesar dari seni emas Amerika Selatan pra-Columbus di dunia, dan bersama-sama dengan karya-karya seni seperti tembikar, kayu, tekstil dan benda-benda arkeologi lainnya, mereka menceritakan kisah-kisah dari lebih selusin masyarakat adat yang menghuni dari apa yang sekarang dikenal sebagai Kolombia sebelum tersentuh oleh Eropa.

Penduduk asli Amerika Selatan kaya akan emas dan perak. Orang-orang ini telah memiliki pertambangan di Andes dan menghasilkan karya-karya dengan logam mulia itu selama ribuan tahun, menciptakan perhiasan  dan pernak pernik yang halus buatannya. Penggunaan emas adalah untuk upacara keagamaan dan upacara adat, sebagai persembahan yang indah untuk para dewa atau tanda status dan kekuasaan.

Sebuah display di Museum Emas di Bogota. Topeng emas ini dibuat antara 200 SM sampai 900 Masehi.

Ketika Spanyol datang, mereka dengan cepat menjarah ribuan kilo emas dan perak Kekaisaran Inca. Emas yang selamat dari penjarahan hanyalah yang tersembunyi di makam-makam rahasia dan situs-situs suci, dan sekarang berada di Museum Emas. Museum ini didirikan pada tahun 1939 dengan akuisisi besar pertama, adalah sebuah peti berisi emas orang-orang Quimbaya yang disebut Poporo Quimbaya. Permukaan yang halus dari bejana emas dan mahkota yang simetris membuat itu seperti hasil buatan modern, meskipun sebenarnya dibuat antara 1500 sampai 2000 tahun yang lalu.

Koleksi museum yang paling berharga adalah Muisca Raft ditemukan pada tahun 1886 di sebuah gua Kolombia. Potongan ini panjangnya sekitar 10 inci dan menggambarkan seorang kepala suku berdiri di rakit datar dan dikelilingi oleh imam dan pendayung, ini tampaknya menggambarkan upacara di El Dorado yang legendaris, sebuah kota yang dikatakan memiliki kekayaan yang tak terbayangkan, yang menggoda penjajah Spanyol. Item beratnya 287 gram dan 80% adalah emas.

The Muisca Raft, sekitar tahun 600 AD - 1600 AD.

Seperti yang tampak dari Museum Emas, penjajah Spanyol tidak berhasil mendapatkan semua harta Inca, dan beberapa percaya bahwa ada koleksi yang lebih besar - timbunan besar emas, tersembunyi di suatu tempat jauh di dalam gunung, masih menunggu untuk ditemukan.

Legenda ini dimulai pada abad ke-16, ketika Kaisar Atahualpa ditangkap oleh komandan Spanyol Francisco Pizarro. Pizarro setuju untuk melepaskan Atahualpa jika Kaisar Inca mengisi penuh sebuah ruangan besar, sekitar 7x 5 x 2,5 meter dengan emas dan perak. Atahualpa menyanggupinya, namun sebelum bagian terakhir tebusan dan yang terbesar disampaikan, Spanyol takut akan dapat serangan dari panglima Atahualpa, sehingga mereka mengeksekusi Atahualpa. Cerita berlanjut, ketika masarakat Atahualpa tahu bahwa raja mereka akhirnya dibunuh Spanyol, mereka mulai paham bahwa Spanyol hanya menginginkan emas dan perak mereka. Mereka pun kemudian mengubur emas-emas mereka di sebuah gua rahasia di gunung Llanganates, di suatu tempat antara Andes dan Amazon. Ada versi yang berbeda yang mengatakan bahwa emas-emas itu dilemparkan ke danau sehingga Spanyol tidak pernah bisa mendapatkannya.

Selama dua ratus tahun ke depan, puluhan ekspedisi yang membawa ribuan orang datang mencari harta yang hilang, tapi pegunungan Llanganates menolak untuk menyerahkan rahasianya.

Sebuah masker penguburan, sekitar tahun 100 SM - 400 AD.

Sulit untuk mengatakan apakah itu benar-benar terjadi atau hanya dongeng, tetapi ada ekstensi lain untuk cerita ini. Legenda berlanjut bahwa seorang Spanyol bernama Vincente de Valverde, yang kemudian menjadi uskup Cuzco, menemukan emas setelah menikah dengan seorang putri Inca lokal. Sebelum meninggal, Valverde menulis panduan lengkap - yang disebut Derrotero de Valverde - tentang cara untuk menemukan harta karun itu, dan dokumen diwariskan ke Raja Charles V dari Spanyol. Beberapa upaya dilakukan untuk menemukan harta itu tapi setiap kali raja mengirim orang-orangnya maka akan menghilang secara misterius.

Tidak ada yang tahu tentang harta karun atau panduan itu, sampai lebih dari 300 tahun kemudian, di tahun 1850-an, ketika ahli botani Inggris Richard Spruce dilaporkan menemukan panduan Valverde dan peta terkait. Richard Spruce tidak bisa menemukan emas, tapi pencari harta karun Kapten Barth Blake diyakini menemukannya.

Blake membuat peta wilayah tersebut dan mengirimkan beberapa surat ke rumahnya. Dalam salah satu suratnya ia menulis:

Tidak mungkin bagi saya untuk menggambarkan kekayaan yang sekarang terletak pada gua yang ditandai pada peta saya, tapi saya tidak bisa mengambilnya sendirian, bahkan ribuan orang juga tidak  ... Ada ribuan kerajinan emas dan perak dari Inca dan pra-Inca kerajinan, karya para pandai emas paling mahir, yang anda tidak dapat bayangkan kemahirannya, sosok seukuran manusia yang terbuat dari tempaan emas dan perak, demikian juga burung, hewan, batang jagung, bunga, yang semuanya terbuat dari emas dan perak. Ada juga pot-pot penuh perhiasan yang paling luar biasa. Vas emas penuh zamrud.

Blake mengambil apa yang bisa ia bawa dan berangkat ke New York di mana ia berencana untuk mengumpulkan dana bagi sebuah ekspedisi untuk mengambil semua harta. Namun Blake tak pernah mencapai New York. Ada yang mengatakan dia didorong ke laut. Jika cerita itu benar, Blake mungkin orang terakhir yang melihat emas yang hilang tersebut.

Legenda harta Inca yang hilang bertahan sampai saat ini, menginspirasi puluhan buku, film dan para petualang yang sesekali masih berkeliaran di hutan belantara Amerika Selatan untuk mencarinya.



Sebuah perisai dada dalam bentuk sebuah-manusia kelelawar, sekitar tahun 900 AD - 1600 AD

Sebuah sosok wanita terbuat dari tanah liat, sekitar tahun 300 AD - 1600 AD





Amulet (jimat) Emas


Liontin Telinga



Baca Juga:








Source: hiddenunseen.blogspot.com
Diberdayakan oleh Blogger.

 

© 2013 Alap-Alap. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top