Minggu, 04 Oktober 2015

Mega Tsunami di Pulau Santiago

Kita hidup pada planet yang dinamis, kadang-kadang dinamikanya dahsyat. Hanya saja kita juga hidup di atasnya baru dalam jangka waktu geologi yang relatif singkat, jadi kita banyak tidak mengalami sebagian besar aksi yang terjadi di planet kita.



Para ilmuwan menerbitkan sebuah studi baru yang diterbitkan di Science Advances, yang menunjukkan terjadinya megatsunami yang luarbiasa kuat di kepulauan Cape Verde di lepas pantai Afrika sekitar 73.000 tahun yang lalu. Sekitar waktu itu, mereka percaya, sebuah bagian besar pulau vulkanik Fogo runtuh ke laut, menciptakan gelombang raksasa lebih dari 300 kaki tingginya yang melakukan perjalanan sekitar 30 mil ke pulau Santiago - di mana gelombang itu akan melakukan hal-hal yang luar biasa .


Ketika gelombang menghantam, kata teori tersebut, gelombang itu begitu kuat sehingga melonjak ke atas tebing tinggi lebih dari 600 kaki, akhirnya mencapai tingkat air hampir 900 kaki di atas permukaan laut - hampir setinggi Menara Eiffel. Gelombang ini juga merobek tebing di bawah menjadi batu-batu besar - atau mungkin langsung merobek batu-batu itu sendiri - dan membawa mereka ke puncak dataran tinggi di mana ilmuwan modern nantinya akan mengidentifikasi mereka.

"Runtuhnya massa besar ke air haruslah menghasilkan gerakan air," kata Ricardo Ramalho, peneliti utama di balik penelitian ini. "Dan dalam kasus runtuhnya flank (sayap) vulkanik, mereka bisa sangat akut, karena semua massa ini runtuh ke dalam lautan." Ramalho menerbitkan karya bersama dengan tim peneliti dari Columbia University serta beberapa universitas di Portugal dan Jepang .

Studi baru berasal dengan misteri sederhana - Ramalho yang berada di Santiago pada tahun 2007, melihat batu-batu besar di atas dataran tinggi, di tepi tebing curam. Saat itu ia bingung dengan asal-usul batu-batu besar tersebut. Ia tidak tahu bagaimana batu-batu besar tersebut bisa berada disana.


Tapi beberapa tahun kemudian, peneliti lain menerbitkan bukti yang menunjukkan tsunami pernah menghantam Santiago di masa lalu. Mereka hanya mendokumentasikan dampak tsunami pada ketinggian rendah, dan tidak di atas dataran tinggi. Ini menginspirasi Ramalho dan koleganya untuk melihat lebih dekat pada batu-batu besar diatas tebing yang pernah ia lihat dan bukti geologi terkait lainnya pada ketinggian yang lebih tinggi.

Ini menambahkan gambaran dan bukti kuat bahwa Fogo, pulau terdekat yang terdiri dari gunung berapi yang besar dan masih aktif yang menjulangt empat mil dari dasar laut, telah mengalami keruntuhan parsial - dasar laut terdekat menunjukkan bukti longsoran besar. Beberapa ilmuwan telah lama berasumsi bahwa longsoran besar seperti itu bisa menciptakan sebuah megatsunami.

Pulau Fogo di Kepualuan Cape Verde, terlihat bekas-bekas longsoran besar di sayap timurnya

Namun konsep megatsunami ini sebelumnya telah ditentang oleh beberapa ilmuwan lain dan telah menyebabkan debat ilmiah besar dan panjang. Para penentang mengatakan bahwa runtuhnya Fogo terjadi secara bertahap dan bukan sekaligus - dalam hal ini mungkin telah menciptakan beberapa tsunami kecil, bukan sebuah tsunami raksasa. Argumen seperti ini telah lama menjadi salah satu argumen menentang konsep megatsunami yang terjadi akibat runtuhnya pulau-pulau vulkanik lainnya.

Tapi setelah memeriksa batu-batu dan bukti geologi terkait lainnya pada dataran tinggi di Santiago - daerah yang berada di seberang laut dari lokasi reruntuhan Fogo - Ramalho dan rekan-rekannya kini menegaskan bahwa batu-batu besar itu harus datang dari jauh di bawah, lalu naik ke tebing vertikal belaka. Dan mereka mengatakan hanya megatsunami yang bisa melakukan itu.

Bukti-bukti terlihat pada sifat dari batu-batu, yang terdiri dari jenis batuan yang "eksklusif terpotong keluar dari sisi tebing dan lereng yang lebih rendah, menyiratkan bahwa batu-batu itu berasal dari bawah tebing," tulis para peneliti.


Para ilmuwan juga menggunakan teknik cosmogenic, didasarkan pada bagaimana sinar kosmik yang membombardir Bumi membuat isotop yang unik pada permukaan batu. Hasilnya menunjukkan bahwa batu-batu besar tersebut  telah duduk terpapar sinar matahari di dataran tinggi, selama waktu ketika runtuhnya Fogo terjadi.

Oleh karena itu para peneliti menyimpulkan bahwa batu-batu yang "dipotong dari tepi dan sisi tebing bagian bawah" oleh gelombang raksasa dan kemudian "diangkut menanjak ke permukaan dataran tinggi."

Berikut adalah diagram, oleh Ramalho, yang mendokumentasikan apa yang terjadi menurut para peneliti, dan skala yang luar biasa:


Longsor di pulau Fogo memicu tsunami raksasa yang menggenangi Santiago (Cape Verde), 73.000 tahun yang lalu, yang sampai saat ini adalah salah satu tsunami yang terbesar yang dikenal dalam catatan geologi. Gelombang itu setidaknya 170 m tingginya, cukup tinggi untuk menenggelamkan Patung Liberty dan dek observasi kedua Menara Eiffel.

"Anda hanya dapat menjelaskan keberadaan deposit-deposit itu dari dampak tsunami raksasa yang mendekat dari sisi barat pulau, dan tentu saja, di situlah Fogo berada," kata Ramalho.

Runtuhan atau longsoran jenis ini, kata Ramalho, utamanya terjadi pada pulau-pulau vulkanik, karena jenis pulau ini didorong ke atas secara dramatis dari dasar laut. "Mereka adalah beberapa fitur tertinggi di Bumi," katanya. "Pulau besar Hawaii, jika Anda memperhitungkan dari dasar dasar laut sampai ke puncak, maka akan lebih tinggi dari Gunung Everest."

Memang, ada juga yang menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa megatsunami terjadi di Kepulauan Hawaii, lebih dari 100.000 tahun yang lalu. Dan ada saran lama bahwa runtuhnya gunung berapi Cumbre Vieja di pulau La Palma Kepulauan Canary 'bisa menciptakan tsunami yang bergerak di seluruh Atlantik dan menghantam Amerika Serikat, seperti yang ditunjukkan di dua video dibawah ini:




Para peneliti mengatakan mereka tidak ingin menakut-nakuti orang, tetapi mereka berpikir bahwa pulau-pulau vulkanik tertentu secara teoritis mampu menghasilkan peristiwa serupa. Harus ada studi lebih dari pulau vulkanik dan potensi runtuhnya flank (sayap) sehingga kita dapat menilai secara realistis potensi bahaya dari peristiwa yang langka tapi berdampak tinggi tersebut," studi menyimpulkan.

"Saya tidak mengatakan bahwa ini akan terjadi pada Fogo atau di tempat lain, besok," kata Ramalho. "Saya hanya mengatakan, ini terjadi di masa lalu, jadi kita perlu waspada."


Baca Juga:






Sumber: dailymail.co.uk

Sabtu, 03 Oktober 2015

Monte Kali - Gunung Garam di Germany

Monte Kali adalah tengara (landmark) yang tidak biasa di kota kecil Heringer di bagian timur Hesse, Jerman. Ini adalah gundukan yang menggunung dari natrium klorida atau garam dapur biasa, yang merupakan produk sampingan dari pertambangan kalium atau potash. Selama lebih dari seratus tahun, pertambangan kalium telah menjadi industri utama di wilayah ini. Dimulai dengan pembukaan Wintershall Potash Works, yang mulai menambang pada tahun 1903, dan hari ini adalah tambang kalium terbesar dunia dengan luas operasional seukuran Greater Munich.




Pertambangan Potash menghasilkan campuran kalium dan natrium klorida, dengan konten kalium antara 20% dan 35%. Dengan demikian, untuk setiap ton kalium, ada berberapa ton natrium klorida diproduksi. Limbah natrium klorida ini dibuang di beberapa situs di sekitar wilayah tersebut. Limbah mengandung hingga 96% natrium klorida.

Monte Kali mulai tumbuh pada tahun 1973, saat di mana perusahaan kimia K + S membuang limbah natrium klorida. Tumpukan limbah pun secara bertahap meninggi. Dan pada bulan januari 2014 mencapai tinggi 200 meter dari tanah sekitarnya, serta meliputi area seluas 93 hektar. Monte Kali mengandung sekitar 188 juta ton garam, dengan 900 ton garam ditambahkan setiap jam dan 6,4 juta ton garam per tahun.


Terletak di sebelah perbatasan dengan negara bagian Thuringia, Monte Kali menjulang tinggi diatas Heringen dan menjadi atraksi populer. Penduduk setempat menyebutnya sebagai "Kalimanjaro" - sebuah permainan kata-kata (plesetan) antara Kali (singkatan untuk Kalisalz, bahasa Jerman untuk "kalium") dan puncak gunung berapi di Afrika yang terkenal Gunung Kilimanjaro. Lebih dari 10.000 pengunjung mendaki gunung garam ini setiap tahun.

Tapi Monte Kali dan tumpukan limbah garam lainnya di wilayah ini telah merusak lingkungan. Sejumlah besar garam merembes ke dalam tanah mencemari tanah, sungai dan air tanah. Tanah sekitarnya telah menjadi hampir tandus dan hanya tanaman-tanaman halofit yang tahan terhadap kadar garam yang tinggi yang dapat tumbuh di sana. Sungai Werra sungai juga telah menjadi tidak ramah untuk organisme air tawar.















Baca Juga:







Sumber: hiddenunseen.blogspot.com

Jumat, 02 Oktober 2015

Benih dan Bunga Kelapa Bokong yang Erotis

Coco de Mer (Lodoicea maldivica) adalah raksasa dari dunia tanaman; Palem ini memiliki daun terpanjang dan benih terbesar serta terberat dari tanaman manapun di dunia. Batangnya tinggi ramping dan dapat  mencapai 34 meter tingginya. Perhatikan bahwa nama latinnya bukan Cocos, karena pohon ini tidak terlalu dekat kekerabatannya dengan pohon kelapa yang kita kenal, Cocos nucifera.

Daun Coco de Mer berbentuk kipas, dengan panjang 7-10 m dan lebar 4,5 m serta tangkai daun sepanjang 4 m. Tanaman ini dioecious, tanaman jantan terpisah dari tanaman betina. Bunga jantan panjang terkulai hingga 1 m panjangnya. Mungkin fitur yang paling terkenal dari pohon palem ini, adalah buahnya yang sangat besar; Buah yang matang diameternya sekitar 40-50 cm dengan berat sekitar 15-30 kg, dan berisi benih terbesar di kerajaan tumbuhan. Buah membutuhkan 6-7 tahun untuk matang dan dua tahun lagi untuk berkecambah.



Pohon Coco de Mer

Legenda dari Coco de Mer adalah legenda tentang benih dan pohon Coco de Mer atau kelapa bokong, sebuah spesies langka pohon palem yang endemik pulau Praslin dan Curieuse di kepulauan Seychelles, Samudera Hindia. Sebelum Seychelles ditemukan dan dihuni, benih dari spesies ini kadang-kadang terbawa oleh arus laut ke pantai yang jauh, seperti ke Maladewa, di mana pohon kelapa bokong tidak dikenal. Apalagi benih yang telah hanyut ini tidak akan berkecambah. Ukuran dan bentuknya yang luar biasa dan ditambah dengan situasi penemuannya (dimana pohonnya belum diketahui), membuatnya memunculkan beberapa legenda.

Benih dari pohon Coco de Mer sangat besar (benih terbesar di kerajaan tumbuhan) dan berbentuk aneh, menyerupai bentuk dan ukuran bokong wanita tanpa tubuh di satu sisi, dan perut serta paha di sisi lain. Tidak mengherankan, benih ini dipandang oleh orang-orang di bagian lain di dunia sebagai objek langka dan menarik dengan sifat mitologis dan bahkan magis. Sifat dan asal benih yang luarbiasa ini, saat itu masih misterius dan perkembangbiakan pohonnya tidak dipahami. Sejumlah legenda muncul baik tentang buah, dan juga mengenai pohon-pohon yang menghasilkan mereka.


Pohon Coco de Mer memiliki pohon jantan dan pohon betina yang terpisah, tidak seperti kelapa. Dan, tidak seperti kelapa, buah coco de mer tidak beradaptasi untuk menyebar secara alami dengan mengambang di atas air laut. Ketika buah coco de mer jatuh ke laut, ia tidak bisa mengapung karena berat dan kepadatannya yang besar; melainkan langsung tenggelam ke dasar. Namun, setelah buah berada di dasar laut untuk jangka waktu yang cukup lama, kulitnya mengelupas, bagian internalnya yang mulai membusuk menciptakan gas-gas yang membuat benih kembali ke permukaan. Pada saat itu benih bisa mengapung, tetapi tidak lagi subur, sehingga ketika arus laut menghanyutkan benih ke pantai yang jauh, misalnya di Maladewa, maka tidak akan menumbuhkan pohon disana. Nama Coco de Mer dari bahasa Perancis, yang berarti "kelapa laut".

Bunga Pohon Jantan


Legenda Sebelum Penemuan Seychelles
Pelaut Melayu telah melihat coco de mer "jatuh ke atas" dari dasar laut, sehingga mereka mengira bahwa pohon kelapa bokong ini tumbuh di bawah air, di sebuah hutan di bagian bawah Samudera Hindia. Menurut Antonio Pigafetta dan Georg Eberhard Rumphius, orang Melayu percaya bahwa pohon itu juga rumah bagi burung besar atau mahluk seperti burung, Garuda (atau Rukh bagi orang-orang Arab). Dukun Afrika percaya bahwa Garuda mampu berburu gajah dan harimau. Para dukun Afrika juga percaya bahwa kadang-kadang pohon coco de mer naik ke atas permukaan laut, dan ketika hal ini terjadi, gelombang yang dibuat oleh pohon itu tidak memungkinkan kapal-kapal yang berada di sekitarnya pergi menjauh dan pelaut yang tak berdaya menjadi makanan Garuda.

Buah yang ditemukan di laut dan di pantai tidak lagi memiliki kulit, dan mirip dengan bagian bawah tubuh wanita, termasuk bokong. Asosiasi ini tercermin dalam salah satu nama botani kuno tanaman, Lodoicea callipyge, di mana callipyge adalah dari kata Yunani yang berarti "pantat indah". Secara historis "pantat indah" yang mengambang ini dikumpulkan dan dijual di Eropa dan Saudi.

Benih Coco de Mer

Di Maladewa, setiap buah coco de mer yang ditemukan di laut atau di pantai harus diberikan kepada raja, dan yang menyimpannya untuk diri sendiri atau menjualnya bisa dijatuhi hukuman mati. Namun, Rudolf II, Kaisar Romawi Suci mampu membeli salah satu buah ini seharga 4.000 florin emas. Laksamana Wolfert Hermanssen dari Belanda juga menerima buah coco de mer sebagai hadiah atas jasanya, dari Sultan Banten pada tahun 1602, untuk memerangi Portugis dan melindungi ibukota Banten. Namun, bagian atas buah yang diberikan ke laksamana ini hilang; rupanya Sultan telah memerintahkan bagian atas buah dipotong, untuk kesopanan. João de Barros percaya bahwa coco de mer memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa, bahkan lebih unggul dari "batu bezoar ". Dalam salah satu bukunya, Dr Berthold Carl Seemann menyebutkan bahwa banyak orang percaya buah menjadi penangkal semua racun.

Legenda Setelah Penemuan Seychelles
Legenda baru tentang coco de mer muncul setelah 1743, ketika pohon coco de mer yang sebenarnya ditemukan. Buah dari Coco de Mer hanya pada pohon betina. Pohon jantan memiliki catkins seperti phallic. Karena bentuk erotis yang tidak biasa ini, beberapa orang percaya bahwa pohon-pohon itu bercinta penuh gairah pada malam badai. Menurut legenda, pohon jantan mencabut dirinya sendiri, dan mendekati pohon perempuan. Dan legenda juga mengatakan bahwa siapa pun yang melihat pohon Coco de Mer kawin, akan mati atau buta. Kenyataan bahwa bahkan hingga saat ini penyerbukan dari coco de mer tidak sepenuhnya dipahami, adalah salah satu faktor di balik legenda ini.

Dalam era Victoria, General Charles George Gordon, yang mengunjungi Seychelles pada tahun 1881, percaya bahwa Vallée de Mai di Pulau Praslin adalah Taman Eden yang dijelaskan dalam Alkitab, dan bahwa coco de mer itulah buah terlarangnya .... hehehe




Hutan Palem Vallée de Mai di Pulau Praslin







Baca Juga:






Sumber: Wikipedia

Marree Man - Geoglif Modern yang Misterius

Terukir di pasir kering dari pedalaman tandus Australia adalah geoglyph terbesar kedua di dunia, yang dikenal sebagai "Marree Man," sosok besar seorang pria Aborigin yang berburu burung atau walabi dengan melempar tongkat. Tidak seperti geoglyphs antropomorfik lain yang ditemukan di seluruh dunia, yang dibangun oleh peradaban kuno, Marree Man diukir ke dalam lanskap hanya sekitar 17 tahun yang lalu. Namun, keberadaannya menyajikan salah satu misteri terbesar Australia yang pernah ada; geoglyph ini begitu besar sehingga dapat dilihat dari luar angkasa, namun tidak ada satupun saksi yang melihat pembuatannya sampai hari ini, penciptanya dan alasan mengapa dibuat tetap tidak diketahui.



Geoglif Marree Man terletak di dataran tanah gersang, sekitar 60 kilometer barat kota kecil Marree (populasi = 60) di Australia Selatan. Trevor Wright, seorang pilot charter, terbang antara kota-kota dari Marree dan Coober Pedy pada tanggal 26 Juni 1998, ketika ia melihat sosok menjulang pada lanskap dibawah.

Gambar sosok ini tingginya 4,2 kilometer dengan panjang total adalah 28 kilometer. Pada saat penemuan, garis-garisnya sedalam 30 cm dan lebar sampai 35 meter. Surveyor berspekulasi bahwa figur ini dibuat oleh buldoser dan bisa butuh waktu seminggu untuk menyelesaikannya, namun tidak ada yang mengaku telah melihat atau mendengar pembuatan geoglif ini. Hanya ada satu jalan yang menuju ke dalam dan keluar dari situs, tapi tidak ada jejak kaki atau tanda ban yang dilihat, dan penyelidikan menyeluruh yang dilakukan oleh polisi pada saat itu tidak menghasilkan apa-apa.

Jalan terpencil menuju Marree, dekat dengan tempat ditemukannya geoglyph yang dikenal sebagai "Marree Man".

Petunjuk Membingungkan
Tidak lama setelah penemuannya, beberapa surat-surat dikirim ke media dari sumber anonim. Sejumlah fitur penulisannya tampaknya menunjuk pada penulis asing. Surat-surat itu menuliskan pengukuran dalam mil, yard, dan inci, bukan di sistem metrik, yang digunakan di Australia. Selanjutnya, sejumlah frasa dan nama, seperti "Queensland Barrier Reef" dan "Local Indigenous Territories",  bukanlah istilah yang digunakan oleh Australia.

Menambah misteri, beberapa item yang aneh ditemukan di sebuah lubang kecil di situs, termasuk foto satelit dari gambar, botol yang berisi bendera kecil dari Amerika Serikat, dan catatan yang menyebut Branch Davidians, sebuah sekte yang berbasis di dekat Waco, Texas, yang digerebek pada tahun 1993, dan menyebabkan kematian pemimpin sekte David Koresh, serta 82 pengikut Branch Davidians lainnya.

Pada bulan Januari 1999, petugas menemukan sebuah plakat kecil dimakamkan dekat dengan hidung gambar. Itu adalah bendera Amerika dengan stempel cincin Olimpiade dan kutipan dari "The Red Centre" oleh HH Finlayson, yang berbunyi:

"Untuk menghormati tanah yang pernah mereka ketahui. Pencapaiannya dalam kegiatan ini sungguh luar biasa; sumber keheranan dan kekaguman yang tak ada habisnya."

Kutipan berasal dari halaman yang menggambarkan perburuan walabi dengan melemparkan tongkat dan berisi foto-foto pemburu yang tampak mirip dengan Marree Man.

Penyidik ​​mencoba untuk menyimpulkan petunjuk-petunjuk aneh ini, namun tidak berhasil. Beberapa orang menyarankan bahwa petunjuk-petunjuk aneh itu mungkin ditanam sebagai untuk mengalihkan perhatian dari pembuat marree man yang sebenarnya.

Marree Man bisa dilihat dari ruang angkasa, ini adalah citra satelit NASA dari tahun 1998 yang menangkap ukiran seorang pria melemparkan tongkat.

Teori-Teori tentang Marree Man
Rumor cepat menyebar ke seluruh kota kecil Marree. Beberapa menyarankan bahwa penciptaan geoglyph adalah aksi yang dilakukan oleh operator penerbangan wisata lokal, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari pariwisata yang dihasilkan oleh penemuannya. Memang, pesawat charter lokal sampai bekerja lembur saat itu untuk memenuhi permintaan orang-orang yaang ingin melihat sosok spektakuler di tanah dari atas.

Teori lain mulai beredar bahwa Marree Man adalah karya makhluk luar angkasa atau peringatan bagi politisi Pauline Hanson mengenai komentar rasisnya tentang Aborigin Australia.

Lainnya lagi mengatakan bahwa Marre Man adalah semacam hadiah perpisahan dari pasukan AS yang berbasis di Woomera, 280 km barat daya dari Marree.

Sebuah teori yang lebih masuk akal adalah bahwa itu dibuat oleh Bardius Goldberg, seorang seniman Australia, yang telah menyatakan minatnya dalam menciptakan sebuah karya yang terlihat dari ruang angkasa. Ketika ditanya tentang hal itu, dia tidak mengiyakan atau menyangkal bahwa ia telah menciptakan Marree Man. Goldberg meninggal sebelum teori ini bisa sepenuhnya diselidiki.

Geoglyph raksasa Marree Man dengan cepat menjadi ikon dari kota kecil Australia Selatan dan tujuan wisata populer, tapi ukiran terkenal ini sekarang hampir tidak dapat dilihat. Meskipun situs belum pernah diakses oleh masyarakat umum karena berada di tanah adat penduduk asli, geoglyph secara perlahan memudar melalui erosi alam.


Kini Memudar
Sekarang, 17 tahun kemudian, Marree Man tidak bisa lagi dilihat di Google Earth. Waktu dan cuaca telah menghapus figur terkenal ini telah secara bertahap. Menurut The Advertiser, sekitar 70 persen dari geoglyph masih dapat dilihat di tanah. Tapi itu diperkirakan tidak akan berlangsung lama dan diperkirakan Marree Man benar-benar akan hilang dalam waktu satu tahun.

Kiri adalah gambar yang ditangkap Satelit NASA pada tahun 1998, tapi geoglif sepanjang 28km ini sekarang tidak lagi terlihat di Google Earth (kanan)

Ya, hanya masalah waktu sebelum Marree Man menghilang selamanya, bersama dengan rahasia penciptaannya ....


Baca Juga:








Source: hiddenunseen.blogspot.com

Batu 12 dan 13 Sudut di Dinding Inca

Peradaban Inca dikenal untuk kecanggihan teknik batu mereka, banyak karya-karya bangunan batu mereka masih dapat dilihat hingga hari ini seperti di Machu Picchu dan Sacsayhuaman di Peru. Dinding-dinding batu besar mereka menampilkan blok-blok batu besar yang dipotong dengan hati-hati dan diletakkan atau disusun erat bersama-sama tanpa mortar (semen) dan dengan tingkat presisi yang tak tertandingi di tempat lain di Amerika.



Batu-batu yang mereka susun tanpa semen itu begitu rapatnya, hingga sehelai kertas pun tak akan dapat masuk diantara batu-batu. Presisi ini, dikombinasikan dengan sudut-sudut bulat dari tiap blok batu, berbagai bentuk saling kunci mereka, dan cara dinding bersandar ke dalam telah membingunkan para ilmuwan bingung selama beberapa dekade. Metode yang digunakan untuk mencocokkan dengan tepat bentuk batu dengan batu yang berdekatan masih belum diketahui.

Yang paling terkenal dari semua itu adalah batu dua belas siku, yang terdapat di dinding istana Hatun Rumiyoc, saat ini terletak di tepi sebuah jalan di Cuzco, yang menarik banyak wisatawan dari jauh yang ingin melihat dari dekat karya batu yang luar biasa dari Inca. Istananya telah hancur dan satu-satunya bagian yang tersisa sempurna adalah dinding geometris ini.

Batu 12 Siku

Para pekerja Inca tidak perlu menggunakan mortar untuk merekatkan blok-blok batu ini. Sebaliknya, mereka menggunakan geometri yang tepat untuk memotong batu dan menciptakan ketat sendi.

Lihatlah semua sudut yang ada di satu potongan batu ini, diikuti oleh sudut-sudut batu-batu lainnya yang sesuai membuat semuanya cocok bersama-sama. Ini seperti puzzle batu yang unik.


Batu-batu ini sangat besar (ratusan kilo hingga ton) dan cocok bersama-sama dengan sempurna. Dinding yang sama dapat dilihat di seluruh Sacred Valley dari Inca. Bagaimana Inca, sekitar 500 hingga 800 tahun yang lalu mampu memotong batu-batu besar dengan presisi sehingga ketika ditempatkan satu batu di atas yang lain, batu cocok bersama dengan sempurna, masih misteri. Bahkan sekarang, mustahil untuk kertas atau pisau tipis diantara potongan batu-batu ini, pekerjaan toko dilakukan dengan presisi tersebut.




Bangunan di sisi berlawanan dari jalan dimana terdapat dinding Inca (jalan ini lebarnya hanya 3 meteran), dibangun oleh Spanyol. Perbedaannya sangat terlihat jelas. Mestinya tukang batu spanyol bisa belajar dari Inca yang luar biasa dalam bangunan batu mereka,  ..... sayang itu tidak pernah terjadi.

Dinding Batu yang dibuat oleh Spanyol

Pada akhir tahun lalu, para arkeolog di Peru telah menemukan sebuah dinding Inca kuno saat penggalian di situs arkeologi Incahuasi di Huancavelica, Peru, yang terdapat batu yang dipotong dengan tiga belas sudut, dan cocok dengan sempurna di antara blok-blok batu sekitarnya.

Batu dengan 13 Sudut

Menurut Kementerian Kebudayaan Peru, batu dengan tiga belas sudut ditemukan di dinding Inca yang membentuk bagian dari sistem hidrolik di Incahuasi, sebuah situs arkeologi penting yang mengandung banyak reruntuhan Inca.

Inca menciptakan jaringan interkoneksi saluran untuk menerima air yang turun bukit dan masuk ke Sungai Viscacha. Namun, tidak jelas apakah saluran air Inca ini dimaksudkan untuk keperluan pertanian atau ritual, atau keduanya. Budaya Inca menghormati mata air, danau, dan gletser, yang dipandang sebagai tempat keramat.


Baca Juga:





Dari berbagai sumber

Dark Hedges a.k.a Kingsroad di Game of Thrones

Setiap keajaiban alam adalah unik dengan caranya sendiri, demikian juga dengan Dark Hedges di jalan Bregagh, County Antrim. Apa yang istimewa tentang terowongan pohon yang panjang ini? Ini adalah proyek sebuah keluarga tunggal!



Keluarga Stuart menanam pohon-pohon beech disepanjang kedua sisi jalan yang menuju ke rumah ala Georgian mereka yang dikenal sebagai Gracehill Huose di abad kedelapan belas. Rumah, yang saat ini berubah menjadi sebuah padang golf, dibangun di ujung jalan. Dengan berlalunya waktu, jalan telah berubah menjadi salah satu fenomena alam yang paling banyak difoto di Irlandia Utara.


Sungguh menakjubkan bahwa kehendak satu keluarga akhirnya berubah menjadi pusat atraksi ribu wisatawan meskipun mungkin keluarga Stuart tidak terpikir sedikitpun bahwa gagasan mereka akan mengumpulkan begitu banyak perhatian di masa mendatang.




Kingsroad di Game of Thrones

Pemandangannya yang luar biasa telah digunakan sebagai lokasi suting film seri populer HBO, 'Game of Thrones' di mana jalan telah difilmkan sebagai "Jalan Raja". Di film seri ini, jalan ditampilkan dalam episode pertama dari Season Kedua nya di mana Arya Stark (diperankan oleh Maisie Williams), menyamar sebagai anak laki-laki, melarikan diri dari King’s Landing  dengan Hot Pie, Gendry, Yoren, dan lain-lain dalam keranjang untuk bergabung Night Watch . Mereka terlihat bepergian ke utara pada Jalan Raja.


Sekarang, ribuan wisatawan setiap tahun berbondong-bondong bersama-sama di dekat desa Armoy untuk menyaksikan jalinan cabang-cabang pohon-pohon Beech yang terjalin dengan keren, yang mengarah ke Stuart manor. Irlandia Utara telah mulai mempromosikan pandangan ini dalam kampanye pariwisatanya sejak akhir 1990-an.




The Supernatural Grey Lady

Pohon-pohon yang terjalin pasti terlihat mempesona tetapi mereka juga tampil sedikit menakutkan, terutama pada sore hari dan malam hari. Bahkan, ada rumor yang mengatakan bahwa 'Grey Lady' menghantui Dark Hedges! Dia tampak berjalan menyusuri jalan berliku di bawah pohon-pohon tua itu. Grey Lady diam diam-diam meluncur di sepanjang pinggir jalan pada sore hari dan akan menghilang setelah melewati pohon terakhir dari jalan.




Pesona Menakutkan dari Pemandangan Indah

Pada pandangan pertama, jalan tidak akan terlihat seperti sesuatu yang layak mendapat begitu banyak perhatian dan popularitas karena hanya jalan kecil yang dikelilingi oleh ladang petani. Tapi, setelah diperhatikan, maka akan semakin jelas mengapa jalan dengan keindahan yang menyeramkan ini telah menjadi pusat perhatian wisatawan penasaran, fotografer, dan pelukis selama beberapa dekade. Dahan-dahan pohon meregang dari kedua sisi jalan telah saling terkait satu sama lain untuk membentuk kanopi, membentuk katedral alami yang indah dan menyeramkan.


Fotografer dari seluruh dunia mengunjungi jalan ini setiap tahun untuk mengabadikan keindahan dalam skenario yang berbeda. Sejak hari ini, terowongan pohon yang memukau ini telah diabadikan di bawah sinar matahari cerah, matahari terbenam, di tengah kabut tebal dan bahkan badai salju. Keajaiban alam ini juga merupakan tujuan pernikahan favorit di mana pasangan ingin mengambil foto pernikahan romantis mereka.







Baca Juga:






Sumber: hiddenunseen.blogspot.com
Diberdayakan oleh Blogger.

 

© 2013 Alap-Alap. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top